Senyum Ibu, Selalu Kami Nantikan
ESPEROKU
17.28
0
Senyum Ibu, Selalu Kami Nantikan
Khansa Pramestiara, Shelvia Putri D, Virdhaus Maulana A.
Khansa Pramestiara, Shelvia Putri D, Virdhaus Maulana A.
Beliau perlu diteladani, karena setelah
lulus SMA beliau malu untuk meminta uang pada orang tuanya. Beliau bertekad
mandiri.
“Ramah
dan murah senyum“ itulah predikat yang pantas untuk beliau, nama lengkapnya Sri
Rejeki Trisnowati, S.Pd., bertempat tinggal di Keponggok Rt 01/03, Wirasana,
Purbalingga. Namun awalnya bertempat
tinggal di Jalan Panjaitan, Purbalingga Lor, dekat Rumah Bersalin Ummu Hani.
Sudah
28 tahun Bu Ino, -begitu Ibu ri Rejeki Trisnowati biasa dipanggil- di Keponggok,
beliau sudah dikenal oleh warga Wirasana. Wanita berkaca mata ini adalah salah
satu guru di SMP N 2 Purbalingga. Beliau mengajar di SMP N 2 Purbalingga sejak
tahun 2002.
Riwayat
sebagai pendidik, dimulai saat lulus SMA pada tahun 1975, dilanjutkan dengan
mengajar di TK Aisyiah pada tahun 1976-1978. Kemudian Bu Ino juga menjadi karyawan
di CV. FAM pada tahun 1978-1982. Sehingga pada pagi harinya beliau mengajar dan
sore harinya bekerja di CV tersebut. Beliau pernah mengajar di SMP Darma Mulya
dari tahun 1981-2002.
Pada
tahun 1982 beliau sekolah di PGSLP (Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama). Setelah lulus dari PGSLP kemudian masuk Univeritas Terbuka (UT)
hingga berperdikat S1, bergelar S.Pd. Namun beliau jarang sekali menerakan
gelar tersebut di belakang namanya. Menurutnya gelar “S. Pd” jika tidak
digunakan pun tidak masalah baginya.
Beliau
perlu diteladani, karena setelah lulus SMA beliau malu untuk meminta uang pada
orang tuanya. Beliau bertekad mandiri, berusaha agar dapat mencari uang sendiri.
Awalnya, Bu Ino ingin menjadi bidan atau perawat yang bekerja di rumah sakit. Beliau
berpikir bahwa menolong atau merawat orang merupakan salah satu tindakan yang
benar-benar terpuji. Namun seiring dengan berjalannya waktu akhirnya beliau
terinspirasi oleh gurunya, Pak Cio Cong Kwan yang mengajarnya tanpa pernah
menggunakan bahasa Indonesia, sehingga beliau tertarik untuk menjadi guru
Bahasa Inggris.
Pesan
Bu Ino untuk seluruh siswa khususnya untuk kelas 9: “Perbaiki hubungan dengan
Allah dan orang tua karena ridho Allah merupakan ridho orang tua. Tanpa ridho
orang tua, Allah juga tidak akan ridho. Perbaiki hubungan dengan sesama manusia.
Lakukan segala usaha semaksimal mungkin dengan disertai doa. Jadilah diri sendiri,
“Be Your Self”. Beraktivitaslah seperti kendaraan di jalan tol, melangkah dan melaju
tanpa dipengaruhi hal-hal negatif, sehingga cita-cita mapan dan tidak terombang-ambing
oleh lingkungan negatif.”
Ibu
Ino mengidolakan sosok R. A. Kartini, yang
menjadi tonggak kesejajaran kaum wanita dengan kaum pria. Menurut beliau, “Pahlawan
adalah manusia yang berguna bagi lingkungannya dan tidak harus berjuang di
medan perang. Ayah dan Ibu adalah pahlawan juga karena Ayah menafkahi keluarga,
dan Ibu yang melahirkan dan membesarkan anaknya.”
Sebenarnya,
guru yang baik juga merupakan pahlawan. Namun beliau tidak mau dipanggil dengan
sebutan pahlawan karena ia bekerja tidak untuk mendapat sebutan apapun. Beliau
ikhlas, menjadi guru hanya karena mencari ridho Allah. Setiap mengajar Bu Ino
selalu memberikan rambu-rambu agar setiap anak didiknya tidak saling
berbenturan atau berselisih paham. Beliau hanya menginginkan agar siswanya bisa
bertindak untuk menjadi lebih baik daripada sebelumnya.
Ibu
Ino sempat dilantunkan sebuah pantun: “Buah mangga buah mentimun, petiklah
dengan jarimu, daripada duduk melamun, angkatlah tangkai penamu.” Ternyata pantun
tersebut untuk kami agar senang mengangkat pena, menulis dan bercerita untuk mendonorkan
hasil-hasil olah pikir kami melalui bidang jurnalistik. Terima kasih Bu Ino.
Ibu, senyum Ibu selalu kami nantikan! Doa
kami, semoga Ibu selalu sehat sejahtera dalam ridho Allah SWT. Amin.
Disusun
oleh:
1.
Virdhaus Maulana A.
2.
Shelvia Putri D.
3.
Khansa Pramestiara
4.
Ragiel Putra N.
Tidak ada komentar