KESANDUNG KAMAR KECIL
ESPEROKU
17.14
0
Cerita Pendek
KESANDUNG KAMAR KECIL
Toto Endargo
SMP Negeri 2
Purbalingga. Kelas 8B, tahun 2011.
Sekolah yang kusayangi
ternyata memberiku banyak memori. Mengesankan. Kesan indah, kesan konyol dan
berbagai kesan yang lain. Semua kesan muncul seiring dengan komunitas yang ada
di sekolah seperti teman, guru dan situasi sekolah. Tahun 2011/2012, ada dua
guru yang harus terlibat dalam cerita ini. Bu Dra. Rudi Mulyatiningsih, M.Pd.
dan Pak Bambang Singgih, S.Pd.
Dra. Rudi
Mulyatiningsih, M.Pd., adalah guru BK, Bimbingan dan Konseling atau ada yang
menyebutnya Bimbingan Karir. Guru yang juga peduli siswa. Suaranya cukup
lantang. Cukup ramai kalau sedang menasehati siswa. Kadang lembut mempesona
tetapi kadang juga nyelekit menyebalkan. Terlambat masuk kelas di saat beliau
mengajar, itu bisa mengakibatkan kita masuk angin karena telinga kita kemasukan
angin dari banyaknya petuah yang disampaikan beliau.
Hari Rabu 5 Okktober
2011, jam pertama di kelas 8B pelajaran BK. Setelah perwalian sekitar lima
menit, kita menunggu kedatangan Bu Rudi. Ternyata sampai lima menit, beliau
belum juga hadir di kelasku.
“Mungkin Bu Rudi, harus
menyelesaikan sesuatu yang penting!” kata batinku.
Dan di saat menunggu
itu, urin di tubuhku penuh dan mendesak kandung kemih, demi menjaga kesehatan
maka saya harus ke kamar kecil. Maklum, karena sarapan pagi ini, ibu memasak
nasi goreng yang sedikit kebanyakan minyak sehingga tadi saya harus minum lebih
banyak dari biasanya. Disyukuri saja.
Kuajak teman sebangkuku
untuk menemaniku ke kamar kecil. Jarak antara kelas 8B yang ada di lajur barat
nomor dua dari utara, ke kamar kecil itu cukup jauh. Hatus melewati kelas 8C,
8D, 8E, 8F, 8G, dan kelas 8H. Masih melewati depan laborat IPA, depan kelas 7B
dan 7C. Melewati depan perpustakaan, tempat lompat jauh, lapangan volley, he,
de, barulah sampai di kamar kecil untuk siswa putri.
Ada Pak Bambang
Singgih, S.Pd di Lapangan basket yang bersebelahan dengan lapangan volley.
Dengan seragam olahraga dan berkalung peluit. Priiit..! Peluit dibunyikan di
saat saya di lapangan volley. Jelas bunyi peluit itu ditujukan kepadaku,
berdua. Ah celaka!
Pak Bambang itu guru
olahraga, selalu serius dalam membimbing siswa. Setiap pagi beliau sudah
membunyikan peluit sebagai tanda bahwa dia harus diperhatikan perintahnya.
Kebersihan sekolah bagian yang sangat diperhatikan, mulai dari sampah yang
berserakan di lantai sampai tempat sampah yang sudah terisi sampah harus segera
dituang ke tempat pembuangan akhir di selatan kelas IX A. Kegiatan Pak bambang
berikutnya adalah menilang siswa yang terlambat, tidak seragam dan rambut panjang.
Terlambat lima menit berarti harus tunduk pada tugas yang segera diberikan oleh
Pak Bambang. Tugas yang baik sebenarnya, karena siswa diarahkan untuk berbuat
baik kepada sekolah, seperti mengatur pot bunga, menyapu ruangan, membersihkan
halaman, atau menyapu lapangan basket. Tapi menurut siswa tugas dari Pak
Bambang ini kadang dianggap cukup menyebalkan.
Pak Bambang telah
membunyikan peluitnya dengan suara yang sangat merdu.Dengan gagahnya ia
memanggil kami,tanpa menanyakan alasan kami ke kamar kecil, beliau langsung
menyuruh kami untuk membersihkan ruangan.
“Kamu berdua. Sini!”
panggilnya sambil mengayunkan jari telunjuk. Tentu saja ada debar jantung
berkecamuk di dada kami berdua.
“Ambil sapu! Bersihkan
ruang OSIS!” perintahnya tanpa basa-basi.
“Saya, Pak?” saya
mencoba bertanya.
“Iya! Menyapu ruang
OSIS!” perintahnya lagi lebih menekankan suaranya.
Apa boleh buat. Saya
harus patuh. Untung ruang OSIS tak begitu lebar. Ruang OSIS ada di sebelah
selatan Ruang Keterampilan. Dan selesai menyapu ruang OSIS itu saya
menyempatkan ke kamar kecil. Lega rasanya. Eh, ternyata emosi memerintahnya Pak
Bambang masih belum reda, begitu saya menginjak lapangan volley peluit beliau
berbunyi lagi. Pasti ada perintah lagi.
“Ruang ganti wanita
juga kotor! Disapu!” perintahnya dengan wajah dibuat seperti orang marah.
“Iya. Pak!” jawabku
sambil membetulkan rok. Ruang ganti wanita disebelah ruang OSIS. Ruangnya
sempit, ukuran 1,5 x 3 meter. Hanya ada sebuah cermin dan tempat gantungan baju
dari paku-paku. Hanya sebentar, disapu berdua sudah bersih.
Keluar dari kamar ganti
wanita. Kembali Pak bambang yang tinggi-atletis melenggang mendekatiku. Tangan
kanannya memegang sebatang bilah bambu. Bilah bambu diayun-ayunkan di depan
kami berdua.
“Siki, Qo bocah loro,
nyapu ruang BK!” perintahnya pakai bahasa jawa banyumasan. Saya hanya bisa
menganggukan kepala. Benar-benar tidak berani memprotes atau sekedar bilang
iya.
Ruang BK ada di timur
ruang guru. Tidak luas. Sebenarnya ruang ini sudah cukup bersih. Yang ada di
ruang BK hanya tiga guru, Ibu Dartuti, Pak Tarsid dan Bu Rudi. Pagi ini ruang
BK kosong, tak ada penghuninya, mungkin ketiganya sedang di kelas atau
berkepentingan yang lain. Yang ada hanya
data siswa dan buku yang ditata rapi di lemari dan sedikit berantakan di meja. Ada
sebuah komputer yang dilengkapi layar monitor dan sebuah printer. Karena ruang
sudah cukup bersih maka dengan cepat selesai juga menyapu ruang BK.
Agak bimbang, haruskah
saya melapor ke Pak Bambang bahwa pekerjaan telah dilaksanakan. Bimbang sebab
jika melapor, jangan-jangan malah disuruh-suruh lagi. Salah satu hobbynya Pak
Bambang adalah perintah dan menyuruh-nyuruh siswa. Hobby yang lain adalah
memegang mik, meniup peluit, menghukum siswa dan ngajar renang.
Alhamdulillah! Kami
berdua diijinkan untuk masuk kelas.
“Jangan terlambat
lagi!” kata Pak Bambang. Lho!
Busyet, ternyata saya
dan temanku oleh Pak bambang disuruh-suruh nyapu itu karena kami berdua
dianggap terlambat berangkat sekolah, tho! Saya geleng-geleng kepala. Pagi yang
mengesankan. Sekitar dua puluh lima menit kami melaksanakan perintah Pak
Bambang.
Kini menuju kelas 8B.
Kelas yang kusayangi.
“Metung ngendi?”
tanyaku kepada temanku. Harus lewat mana untuk sampai ke kelas 8B. Lewat
selatan atau lewat utara. Kalau lewat selatan berarti harus melewati ruang
guru, lalu berjalan di depan kelas 8F, 8E, 8D, dan 8C. Agak malu, sebab
anak-anak pasti akan berpendapat bahwa saya berdua telah mendapat hukuman dari
Pak Bambang. Sehingga terlambat masuk kelas.
“Tung ngalor baelah!”
ajakku. Kalau lewat utara maksimal hanya dilihat oleh kelas 8A. Maka kami
berdua berjalan lewat gang senggol. Gang yang konon sudah ada sejak sekolah ini
berdiri yaitu lorong di sebelah timur kelas yang berada di lajur timur.
Sekarang ada di belakang kelas 7D, E, F, G. Belok kiri sedikit ada di depan
ruang arsip, mlipir di selatan toilet Guru dan TU, maka sampai di depan kelas
8A dan kelas 8B.
Tiba di kelas ternyata
Bu Rudy sudah datang. Suaranya yang lantang sudah terdengar ketika kami sampai
di depan kelas 8A.
“Terlambat masuk kelas
bukan hal yang baik. Jangan belajar jadi pemalas. Belum masanya jajan.
Pelajaran sudah berjalan setengah jam kamu baru masuk. Perilaku yang tak
pantas. Kapan kamu belajar disiplin. Kamu generasi muda harapan bangsa. Harus
menjadi generasi yang berkarakter positif. Terpuji dan berprestasi. Bla-bala
...”
Astagfirulah.
Kami dimarahi karena
terlambat mengikuti pelajaran. Kami ingin menjelaskan mengapa kami bisa
terlambat tapi tak sempat!
Nasib!
Catatan:
diambil dari: http://totoendargosip.blogspot.co.id/2016/04/kesandung-kamar-kecil.html
Tidak ada komentar