ESPEROKU
18.13
0
Toegoe
Joeang Blater
Toto Endargo
Rel kereta
api yang dulu menghubungkan Purbalingga – Purwokerto telah meninggalkan jejak
kisah heroik para pejuang pembela negara. Salah satunya adalah terjadinya
pertempuran di desa Blater. Pertempuran yang di awali dengan penghadangan
kereta api yang mengangkut pasukan Belanda. Pertempuranpun terjadi. Tembak
menembak. Dan para pejuang yang gugur menjadi kusuma negara, bunga penabur
kemerdekaan. Harum mewangi. Kisah kepahlawanan ini diperingati dengan
berdirinya sebuah monumen sederhana berupa tugu.
Toegoe
Joeang Blater
Monumen Perjuangan Blater. Tinggi keseluruh tugu monumen ini sekitar tiga
setengah meter. Tugu terdiri dari 4 bagian.
Bagian pertama
adalah bagian dasar berbentuk segi empat bertingkat tiga; yang bawah panjang
sisinya 2,2 meter, di atasnya 1,75 meter dan yang di atasnya lagi bersisi 1,2
meter. Masing-masing trap tingginya 20 cm.
Bagian kedua
adalah berbentuk silinder berdiameter 1,1 meter dengan tinggi 35 cm.
Bagian ketiga
adalah bagian utama dari tugu itu; yaitu bentuk balok panjang bersegi lima,
berdiri tegak mengerucut, dengan penampang bawah 100 cm dan penampang atas 40
cm, tingginya 2,25 meter.
Bagian keempat
adalah mahkota tugu yang berbentuk kuncup bunga teratai, dengan empat kelopak
bunga yang masih menempel erat terhadap kuncupnya; tinggi mahkota bunga ini 30
cm. Terdapat ornamen sederhana pada bagian bawah dan atas tugu; berbentuk ujung
daun kelopak bunga di setiap pinggir segi lima. Secara keseluruhan tugu dibuat
dengan bahan bangunan kuno, campuran pasir, kapur dan semen merah, belum
menggunakan PC.
Ada bentuk
lain yang terpisah dari tugu. Berbentuk seperti paron. Paron adalah besi
wungkul yang umumnya digunakan untuk landasan orang membuat alat pertanian di
tukang pandai besi. Paron ini berada 60 cm di depan tugu, tingginya 90 cm,
panjangnya 105 cm. Ternyata paron ini di buat pada tahun 1970-an, dibuat khusus
untuk menuliskan prasasti dan surya sengkala terjadinya pertempuran di Desa
Blater itu.
TOEGOE JOEANG BLATER, KAMIS WAGE 31 DJOELI 1947
WASITA SUCI KUSUMA NEGARA.
Menjadi
sangat bermakna karena prasasti masih ditulis menggunakan ejaan lama. Hal yang
menunjukkan usia monumen ini sudah puluhan tahun. Tugu juang Blater diresmikan
pada tanggal 17 Agustus 1960.
Aslinya
tulisan TOEGOE JOEANG BLATER, KAMIS WAGE 31 DJOELI 1947 ditulis hanya
menggunakan cat hitam. Tulisan diterakan di bagian yang berbentuk kotak,
menempel di bagian silinder. Sehubungan tulisan tersebut mudah hapus maka
dibuatkan yang bentuk paron. Namun tulisan yang permanen dengan bentuk relief
justru hanya surya sengkalanya saja. Hari, tanggal dan nama monumen hanya
ditulis menggunakan cat hitam yang mudah hapus.
Menurut riwayatnya tugu ini dibangun atas gagasan dan usulan Bapak Mangun Wiyoto Kepala SD Rabak pada sebuah rapat di Kecamatan Kalimanah pada tanggal 10 Juli 1960. Bapak Mangun Wiyoto adalah salah seorang yang ditunjuk untuk menjadi Panitia Peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan RI Ke 15, Tahun 1960.
Menurut riwayatnya tugu ini dibangun atas gagasan dan usulan Bapak Mangun Wiyoto Kepala SD Rabak pada sebuah rapat di Kecamatan Kalimanah pada tanggal 10 Juli 1960. Bapak Mangun Wiyoto adalah salah seorang yang ditunjuk untuk menjadi Panitia Peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan RI Ke 15, Tahun 1960.
Untuk
mengenang jasa para pejuang yang gugur dalam pertempuran di Blater
mempertahankan kemerdekaan, Bapak Mangun Wiyoto mengusulkan agar dibangun tugu
peringatan di Desa Blater. Gagasan ini diterima dengan penuh semangat oleh
panitia tingkat kecamatan. Lalu dibentuklah Panitia Pembangunan Monumen. Dana pembangunan
diambilkan dari tiga sumber yaitu 25% dari panitia kecamatan, dari kas Desa
Blater dan sisanya dari para donatur. Angka yang masih dicatat adalah walau
saat itu. tahun 1960 adalah masa krisis keuangan namun dari dana kas desa
sempat menyumbang Rp 100 ribu untuk membantu membangun tugu peringatan ini.
Sekitar satu bulan monumen ini dibangun, karena gagasan awal tanggal 10 Juli
1960 dan pada peringatan HUT Proklamasi ke 15 tanggal 17 Agustus 1960 Toegoe
Joeang Blater sudah dapat diresmikan.
Tulisan
“Toegoe Joeang Blater” ini jelas ejaan lama. Sebenarnya pada tahun 1960 “oe”
sudah menjadi "u" sebab Ejaan Van Ophuijsen diganti menjadi Ejaan
Republik atau ejaan Soewandi mulai berlaku tahun 1947, barangkali masih menjadi
kebiasaan saat itu, masih menulis u dengan oe.
Yang menarik adalah kata “Suci”. Suci tidak ditulis menggunakan “sutji” padahal perubahan “tj” menjadi “c” itu adalah saat berlakunya Ejaan Baru atau Ejaan LBK (Lembaga Bahasa dan Kesusastraan) yaitu mulai tahun 1967. Semoga bukan karena “usil” sengaja mengubah dari “Sutji” menjadi “Suci”, karena kata Suci seharusnya masih ditulis Sutji, Ejaan Baru belum berlaku jika menyesuaikan dengan ejaan pada kata TOEGOE JOEANG BLATER, KAMIS WAGE 31 DJOELI 1947.
Yang menarik adalah kata “Suci”. Suci tidak ditulis menggunakan “sutji” padahal perubahan “tj” menjadi “c” itu adalah saat berlakunya Ejaan Baru atau Ejaan LBK (Lembaga Bahasa dan Kesusastraan) yaitu mulai tahun 1967. Semoga bukan karena “usil” sengaja mengubah dari “Sutji” menjadi “Suci”, karena kata Suci seharusnya masih ditulis Sutji, Ejaan Baru belum berlaku jika menyesuaikan dengan ejaan pada kata TOEGOE JOEANG BLATER, KAMIS WAGE 31 DJOELI 1947.
Kamis wage,
31 Djoeli 1947 adalah tanggal terjadinya pertempuran di tempat berdirinya tugu,
bertepatan dengan tanggal 12 Ramadhan 1336 Hijriah. Para pejuang justru
bertempur di saat bulan Ramadhan, bulan puasa. Di saat berpuasa itu pula para
pejuang harus membela tanah air, tembak menembak, merangkak, menyelusup di
sawah, berlindung di tepian tebing yang tidak curam, melawan penjajah dan
kemudian sebagian gugur.
Sedang Surya
Sengkala atau “waktu yang dihitung menggunakan perjalanan matahari” berbunyi:
Wasita Suci Kusuma Negara memiliki makna, sesuai dengan rumusan pembentukannya:
wasita = pelajaran, memiliki watak 7; Suci = jernih, bersih berwatak 4; Kusuma
= bunga, terhormat berwatak 9; Negara berwatak 1. Rumus membaca surya sengkala
adalah dibaca dari belakang ke depan, maka angka yang terbaca bukan 7491 tapi
dibaca 1947. Terjemahan bebas dari dari kalimat: Wasita Suci Kusuma Negara
adalah: Teladan yang luhur dari para pejuang. Yang menggubah surya sengkala ini
juga Bapak Mangun Wiyoto.
Keberadaan
Tugu Juang Blater menjadi kebanggaan Pemerintahan Kecamatan Kalimanah. Tugu
Blater diperlakukan layaknya Makam Pahlawan. Setiap tahun pada HUT Proklamasi
dan Hari Pahlawan, di tempat tersebut dilakukan upacara mengheningkan cipta,
menghormati jasa para pahlawan yang telah gugur mempertahankan kemerdekaan.
Diletakkan karangan bunga, dengan cara dicanthelkan di sisi depan tugu.
Seiring
dengan perjalanan waktu, seiring dengan perubahan pola pikir, aktivitas di tugu
Blater pun berkurang. Seiring dengan dipindahkannya jasad para pejuang ke Makam
Pahlawan Purbosaroyo. Seiring pula dengan dibongkarnya rel KA di halaman tugu.
Perlakuan terhadap Tugu Juang Blater pun bergeser.
Kini
kemegahan Toegoe Joeang Blater pun semakin meredup. Tugu Blater kini
terjepit oleh waktu, terjepit oleh bertambahnya penghuni. Terjepit pula oleh
jaman yang konon semakin "maju".
Catatan:
dari: http://totoendargosip.blogspot.co.id/2014/11/tugu-perjuangan-di-blater.html
Tidak ada komentar