SESAL TAK BERGUNA LAGI
ESPEROKU
10.06
0
Cerita Pendek
SESAL
TAK BERGUNA LAGI
Alya Alifia Q.I. –
9A
Di sebuah perkampungan yang warganya ramah, terdapat
sebuah keluarga yang hidup sederhana. Keluarga itu dipenuhi canda dan tawa dari
dua anak kecil yang lucu, yang sekarang keduanya sudah menjadi dewasa. Keadaan
labil sering kali dimunculkan oleh kedua anak tersebut, karena pada masa remaja
memang dibutuhkan sekali perhatian dari orang tua.
“Bu aku ingin sekali membeli HP keluaran terbaru itu, Bu.
Semua temanku sudah memilikinya. Ayolah, Bu belikan aku itu!!” ucap Doni si
anak pertama.
“Nak, ibu tak miliki uang untuk membeli HP sekarang, tapi
jika kamu mau untuk belajar dan berusaha untuk mendapat nilai yang bagus, ibu
akan mengusahakannya” ucap ibu.
“Iya Kak, ayo belajar! Nanti semua hasilnya kita jauga yang
mendapat” bujuk Santi adiknya. Namun sikap acuh Doni tidak mengubahnya untuk menjadi
anak yang mau mendengarkan omongan orang tua. Hal itu terjadi sejak Doni bergabung
dengan teman-temannya yang tak benar.
Doni tak pernah memikirkan keadaan keluarganya yang hanya
pas-pasan, permintaan yang berlebihan terus dimintanya. Berbeda dengan adiknya
yang setiap hari membantu menyiapkan dagangan untuk dijual oleh ibunya. Santi
Setelah hari menjelang malam, dia sudah bersiap dengan
buku pelajaran untuk dibaca dan dipelajari. Tak jarang kakak nya Doni malah
mengganggunya,
“Ngapain belajar terus sih, emang kamu bisa langsung jadi orang kaya apa?? Mau kamu belajar terus, kita juga masih bakal miskin!!!!” cetus kakaknya.
“Tapi kak, mungkin dengan kita yang lebih punya banyak ilmu. Kita bisa mengubah segalanya menjadi lebih baik” lantang Santi. Kakaknya langsung hanya bisa terdiam lalu pergi bermain dengan teman-temannya.
“Ngapain belajar terus sih, emang kamu bisa langsung jadi orang kaya apa?? Mau kamu belajar terus, kita juga masih bakal miskin!!!!” cetus kakaknya.
“Tapi kak, mungkin dengan kita yang lebih punya banyak ilmu. Kita bisa mengubah segalanya menjadi lebih baik” lantang Santi. Kakaknya langsung hanya bisa terdiam lalu pergi bermain dengan teman-temannya.
Ketika tanpa terasa waktu ujian untuk mereka berdua
datang, Santi yang sudah matang untuk mengerjakan soal-soal ujian selalu
memasang muka bahagia. Namun di sisi lain kakak nya, Doni, sedang bingung
setengah mati.
“Huh...ni soal kampret banget sih, yang bikin gak mikir apa ya” keluh Doni sambil menengok kanan kiri sembari mencari contekan kepada temannya. Tiba-tiba bel terdengar, muka pucat pasi terpancar dari muka Doni.
“Ayo semuanya dikumpulkan, waktu sudah habis.” ucap ibu Guru.
Nafas panjang dihembuskan oleh Santi, dengan percaya diri dia berjalan menuju meja guru untuk mengumpulkan hasil pekerjaannya
“Semoga saja hasilnya bagus” dalam hati kecilnya sembari memohon kepada Yang Maha Kuasa.
“Huh...ni soal kampret banget sih, yang bikin gak mikir apa ya” keluh Doni sambil menengok kanan kiri sembari mencari contekan kepada temannya. Tiba-tiba bel terdengar, muka pucat pasi terpancar dari muka Doni.
“Ayo semuanya dikumpulkan, waktu sudah habis.” ucap ibu Guru.
Nafas panjang dihembuskan oleh Santi, dengan percaya diri dia berjalan menuju meja guru untuk mengumpulkan hasil pekerjaannya
“Semoga saja hasilnya bagus” dalam hati kecilnya sembari memohon kepada Yang Maha Kuasa.
Sepulang sekolah, Santi langsung membantu ibunya.
Tiba-tiba kakaknya datang dengan keadaan lusuh yang sangat tak patut bagi
seorang pelajar sambil berteriak-teriak memanggil ibunya
“Bu...ibu....kemana sih, aku udah laper ini. Masa gak ada makanan gimana dong!!” tudung saji di meja makan terhempas ke lantai di depan ibu dan adik nya.
“Astaghfirullah... Doni, kamu kenapa nak??” sambil mengelus-ngelus dada. Santi terus berada di sebelah ibunya sambil ikut menyadarkan kakaknya,
“Kakak kenapa sih ka?? Kasihan ibu terus-terusan diperlakukan seperti itu oleh kakak.”
“Bu...ibu....kemana sih, aku udah laper ini. Masa gak ada makanan gimana dong!!” tudung saji di meja makan terhempas ke lantai di depan ibu dan adik nya.
“Astaghfirullah... Doni, kamu kenapa nak??” sambil mengelus-ngelus dada. Santi terus berada di sebelah ibunya sambil ikut menyadarkan kakaknya,
“Kakak kenapa sih ka?? Kasihan ibu terus-terusan diperlakukan seperti itu oleh kakak.”
Hingga terucap kata-kata dari seorang malaikat yang terus
tersakiti.
“Nak kalau kamu seperti ini terus, kamu tak akan menjadi orang yang
sukses!! Sampai kamu mengubah perilakumu terhadap orang lain menjadi lebih baik
kamu tidak akan sukses”.
Namun Doni tak menghiraukannya, malah iya meninggalkan
ibu dan adiknya pergi ke tempat temannya untuk bermain.
Akhirnya saat pengumuman kelulusan pun diserah-terimakan kepada setiap orang tua siswa. Santi
lulus dengan nilai yang sangat memuaskan. Sedangkan Doni juga lulus namun
dengan nilai yang bahkan sekolah swasta pun seakan tak akan mau untuk menerimanya.
Penyesalan yang tak berujung terus Doni rasakan.
***
Perkataan ibunya pada saat itu menjadi kenyataan, Santi
yang pada saat itu sangat nurut dengan orang tua nya sekarang sudah memiliki
usaha sendiri dan menjadi orang sukses, di sisi lain Doni untuk makan sehari
pun penghasilannya tak cukup.
Menjadi pelajaran bagi Doni dan kita bahwa, ridho orang tua sangat
lah berpengaruh pada setiap hal yang akan kita lakukan. Bahkan perkataan orang
tua dapat menjadi doa yang selalu diijabahi oleh Tuhan Yang Maha Esa. Jadi
selalu perlakukan orang tua kita dengan lemah lembut. Siapa tahu hati orang tua kita sangat
mudah tersakiti walau hanya dengan sedikit nada tinggi dari mulut kita.
Sesal tak berguna lagi!
Sesal tak berguna lagi!
Tidak ada komentar